Dialog DHD 45, Pemprov Ajak Pers Kolaborasi

oleh -
oleh
IMG 20210217 WA0007

Medan | Sekdaprov Sumut R Sabrina membuka Dialog Kebangsaan Hari Pers Nasional dengan ‘Tema Pers Perjuangan : Antara Idealisme dan Komersialisme di Era Millenial’ yang diselenggarakan di Gedung Juang 45 Sumut, Jalan Pemuda No. 17 MEDAN.

Untuk menyejahterakan seluruh masyarakat dibutuhkan peran berbagai pihak, termasuk pers. Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) mengajak pers untuk berkolaborasi dalam berbagai program pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumut R Sabrina saat membuka Dialog Kebangsaan Hari Pers Nasional dengan tema ‘Pers Perjuangan, Antara Idealisme dan Komersialisme di Era Milenial’ yang diadakan Dewan Harian Daerah (DHD) Badan Pembudayaan Kejuangan 45, di Gedung Juang 45, Jalan Pemuda, Medan, Selasa (16/2).

“Peran edukasi merupakan peran penting, yang bisa diisi oleh pers untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh sebab itu pers adalah kunci pembangunan nasional, khususnya daerah,” ujar Sabrina.

Saat ini, menurut Sabrina, peran pers tidak lagi berkutat pada perjuangan melawan kolonialisme, tetapi sudah berubah menjadi upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat.

“Penyampaikan informasi yang berisi edukasi kepada masyarakat adalah salah satu peran penting yang dapat dilakukan oleh pers saat ini,” kata Sabrina.

Selain edukasi, peran membangkitkan motivasi masyarakat juga bisa dilakukan oleh pers. Terutama dalam hal mendukung perekonomian Sumut.

“Saya harap, pers berperan dalam menggelorakan semangat semua masyarakat dalam mendukung perekonomian yang berguna bagi dirinya dan bangsa,” sebut Sabrina.

Sejarawan Unimed Ichwan Azhari pada dialog dengan moderator Sekretaris DHD 45 Eddy Syofian menyampaikan, di masa lalu, pers memiliki ideologi melawan kolonialisme. Ia mencontohkan media Benih Merdeka yang terbit di Medan pada tahun 1916. Menurutnya Benih Merdeka sangat berani menamai korannya menggunakan kata Merdeka.

Ichwan juga menyebut Parada Harahap sebagai wartawan yang memiliki ideologi perjuangan. Parada Harahap pernah 12 kali masuk penjara sehingga disebut sebagai raja delik.

“Dulu koran dibuat sebagai alat pejuangan untuk menentang kolonialisme,” ujar Ichwan.

Wartawan Senior Sumut Choking Susilo Sakeh mengatakan pers idealis tidak akan pernah mati. Namun meski begitu ada beberapa tantangan yang dihadapi pers saat ini, antara lain pandemi Covid-19, perkembangan teknologi, ancaman kekerasan dan rendahnya otokritik.

Choking menyebutkan salah satu upaya yang bisa dilakukan pers guna menghadapi tantangan tersebut, antara lain kolaborasi antarmedia untuk menghasilkan berita yang dibutuhkan masyarakat. Sehingga bisa bersaing dengan tulisan-tulisan di media sosial yang belum tentu kebenarannya.

Dosen FISIP USU Sakhyan Asmara menyebutkan, ada beberapa hal yang mempengaruhi independensi wartawan. Di antaranya tergerus oleh tuntutan mempertahankan hidup, terseret mengikuti selera pemilik modal, hingga terjebak kepada kepentingan berita yang dibingkai.

Selain itu ada beberapa hal yang menyebabkan independensi wartawan tidak berjalan. Di antaranya, penguasa begitu kuat, desentralisasi tidak berjalan atau kewenangan ditarik ke pusat. Jabatan strategis dalam suprasrtuktur politik dikuasai oleh partai atau koalisi partai penguasa. “Serta para aktivis dibatasi gerakannya melalui pendekatan ekonomi atau pendekatan yang represif,” ungkapnya.

Tokoh Masyarakat Sumut Syamsul Arifin mengatakan pers merupakan ujung tombak pembangunan bangsa dan negara. Sejak dulu pers telah berkontribusi pada pembangunan bangsa. “Pers ini sangat penting, pers ujung tombak untuk membangun negara dan daerah,” kata Syamsul. (Zul Harahap)